Ical Berharap Tokoh Jawa, Satu Raja atau Satu Jenderal, akan Mendampinginya di 2014

[imagetag]

Sri Sultan dan KSAD Akan Dampingi Ical?
Selasa, 26 Juni 2012 14:07 wib

JAKARTA - Partai Golkar tidak akan membahas nama-nama siapa saja yang akan didaulat sebagai pendamping Aburizal Bakrie untuk maju dalam pilpres 2014 mendatang. Namun Ketua DPP Partai Golkar, memberikan sedikit bocoran mengenai siapa yang berpeluang menjadi pendamping Ical, sapaan akrab Aburizal Bakrie.

"Nama-nama yang diungkap ini nama-nama yang masih secara sporadis yang diungkapkan para tokoh. Ada nama Sri Sultan. Tapi kita belum menyatakan Sultan kerso (bersedia) apa tidak. Ada KSAD, ada mantan menteri, toh kita harus menanyakan kesediaan," ungkapnya kepada wartawan di DPR, Jakarta, Selasa (26/06/2012).

Meskipun telah disebutkan beberapa bocoran, namun berdasarkan pengakuan Priyo, partainya tetap tidak akan memutuskan hal itu pada rapimnasus atau pada acara deklarasi Ical nanti.

"Rapimnas di Sentul, Bogor, dan tanggal 1 Juli dipastikan deklarasi Pak Ical sebagai capres. Untuk cawapresnya nama-namanya dipastikan tidak akan diputuskan dalam rapimnas akhir Juni ini. Mungkin kriteria dan syarat umum saja," jelasnya.

Lebih lanjut Priyo berharap agar pelaksanaan Rapimnasus nanti berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Hal ini berkaitan dengan isu yang berkembang bahwa beberapa pengurus daerah tingkat II mencoba untuk berontak lantaran tidak disertakan di dalam acara tersebut.

"Saya berharap semua akan berjalan sesuai dengan rencana dan tidak ada gejolak, dan mudah-mudahan semua lancar," terangnya.
http://news.okezone.com/read/2012/06...-dampingi-ical

----------------------

Menurut catatan CIA dalam CIA Factbooks 2011, jumlah penduduk INDONESIA berdasarkan etnisnya adalah sbb: Javanese 40.6%, Sundanese 15%, Madurese 3.3%, Minangkabau 2.7%, Betawi 2.4%, Bugis 2.4%, Banten 2%, Banjar 1.7%, other or unspecified 29.9% (2000 census). Dalam prinsip pemilihan langsung ala Demokrasi kita saat ini, dimana diberlakukan sistem 'one man, one vote', secara teori atau hitungan diatas kertas, hanya calon pemimpin yang berasal dari etnis yang dominan saja yang akan selalu keluar sebagai pemenang dalam setiap pemilu atau pilpres. Hal itu disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan suatu suku di manapun di dunia ini, yaitu mereka memiliki kecendrungan secara psikologis untuk memilih pemimpin dari kalangan sukunya sendiri (coba explore referensi ini). Sebenarnya untuk Indonesia, urut-urutan skala pilihan pemilih itu berturut-turut adalah: agama, gender, suku, kharismatik, asal-usul dinasti keturunan, baru kekayaan dan lain-lainnya. Juga sangat ditentukan oleh struktur usia pemilih yang umumnya di dominasi oleh pemilih baru dan pemilih muda.

Akan halnya Ical untuk maju menjadi Capres 2014, dengan analisa sederhana saja, sangat kecil kemungkinannya akan dipilih rakyat. Alasannya jelas banyak. Dari segi suku saja, dirinya yang bukan jawa (atau minimal istrinya jawa seperti Akbar Tanjung itu), dipastikan tidak akan banyak menarik pemilih di jawa dan juga di luar jawa. Orang jawa itu, kalau memilih elit yang akan memimpin mereka, pastilah mereka cenderung untuk memilih orang jawa jua, yang mereka kenali dari namanya khasnya itu, yang umumnya berakhiran "O" (Sukarno, Suharto, Susilo, Yudhoyono, Sukarwo, Prabowo, Wiranto).

Tapi saya juga tidak yakin, etnis di luar jawa akan memilih Ical, kecuali mungkin orang Sumatera, asal tempatnya Bang Ical. Orang Bugis pastilah cenderung memilih nama seperti JK dulu lagi (dalam Pilpres 2009 lalu, JK hampir menang mutlak di Sulsel); Orang Banjar juga sama saja, akan memilih nama-nama yang akrab di telinga mereka, setidaknya kalau bukan orang Kalimantan, si calon itu adalah muslim yang saleh. Nah, Bang Ical ini, dari sisi kesalehan agamanya, di tandai oleh ummat muslim di tanah air, sangat rendah sekali. Begitu pula dengan kedermawanannya, jarang sekali mereka saksikan di media, kalau Bang Ical itu selalu paling depan dalam menyumbang bila rakyat terkena kesulitan seperti bencana alam itu misalnya, padahal rakyat memahami kalau Ical itu kaya-raya. Mereka juga jarang melihat Ketua umum GOLKAR itu mendatangi majlis taklim, pengajian, atau mengunjungi Kyai mereka di ponpes-ponpesnya. Bang Ical jarang diliput media, meskipun kegiatan sosial Bang Ical sebenarnya cukup tinggi jua, padahal katanya punya tv-one dan antv seperti halnya Surya Paloh dengan Metro-tivinya itu (tapi yang satu ini terlalu berlebihan, sehingga rakyat jadi muak melihatnya yang selalu nongol di tivinya sendiri). Intinya, kharismatik Ical itu sangat rendah sekali di kalangan akar rumput di seluruh tanah air.

Dan yang penting pula, usia pemilih pada pemilu dan Pilpres 2014 kelak, yang di dominasi oleh pemilih pemula (kelahiran pasca krismon 1997 atau generasi Reformasi), anak-anak remaja dan pasangan muda (kelahiran 1970-an sampai 1990-an), serta generasi tua yang lahir tahun 1960-an. Generasi tahun 1960-an itu, yang kini banyak menduduki posisi strategis, tahu persis sejarah ORBA dan GOLKAR di masa lalu. Mereka juga merasakan pahitnya Krismon 1997 dulu sebagai akibat perbuatan ORBA yang salah satu pendukung utamanya adalah Golkar. Komposisi secara nasional untuk generasi 1960-an sampai 1997-an itu, di prediksi hampir 90% pemilih aktif pada tahun 2014. Sulit bagi Ical dan Golkar untuk meyakinkan mereka, apalagi internet setiap hari terus 'menguliti' dosa dan kesalahan Golkar di masa lalu dan dosa Ical seputar lumpur lapindo, pajak, gaya hidup keluarganya yang hedon, dan lainya, hampir setiap hari.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...