Nasib Jadi `Dewa Penolong`

[imagetag]BAGAIMANA Ny. Yayuk, 45, tak kesepian. Punya suami satu saja, jauh di tempat. Sebagai wanita muda, wajar saja dia sering naik syahwat, tapi suami justru kerja di Irian Barat (Papua). Maka ketika ada lelaki mau jadi "dewa penolong", mereka pun kencan sampai di siang bolong. Tapi enak bagi mereka, kan eneg bagi warga sekitarnya.
Idealnya sih, punya istri selalu di rumah, kerjanya cuma mamah dan mlumah. Tapi rejeki orang kan tidak selalu sama. Ada yang surplus bin jibar-jibur (makmur). Tapi banyak juga yang buat makan sehari-hari saja sering masih jadi tanda tanya. Yang terjadi kemudian, berlakulah filosofi Jawa modern: kumpul ora kumpul watone mangan (kumpul nggak kumpul yang penting makan). Makanya kini banyak terjadi, istri tinggal di kampung, suami kerja di luar Pulau Jawa.
Nasib serupa dialami pasangan keluarga Yayuk – Jono dari Gresik (Jatim). Sudah beberapa tahun ini mereka harus "pisah rumah". Maksudnya, istri tetap di Gresik, suami tinggal di Papua karena bekerja di Freeport. Hanya 6 bulan sekali Jono bisa pulang, dalam rangka setor benggol dan setor bonggol. Yang terakhir paling utama, karena soal benggol tentunya bisa ditransver lewat bank.
Kerja di Freport, cukup makmurlah, sehingga secara ekonomi kelurga Yayuk kesait (sejahtera). Tapi kebutuhan manusia sehari-hari kan bukan hanya materil. Saat tertentu juga butuh jaminan masalah "onderdil". Dan sejak Mas Jono kerja di Papua sana, alokasi untuk yang satu ini Yayuk tak lagi terjamin. Kadang-kadang ada, kadang-kadang tiada. Maksudnya, sudah jauh-jauh datang dari Irian Barat, ee…..di rumah bini sedang lampu merah. Terpaksalah gagal "serangan umum" non 1 Maret 1949.
Agaknya, wanita kesepian punya tanda-tanda khusus macam ayam sedang memeti. Hal ini rupanya terdeteksi oleh lelaki bernama Parkun, 40, lelaki yang tinggal di rumah kos dekat rumah Yayuk di kampung Indro, Kecamatan Kebomas, Gresik. Kebetulan juga, pegawai kontraktor perkebunan ini juga sama-sama dal;am kondisi kesepian, karena istrinya ditinggal di Sumedang sana.
Parkun yang sudah lama jauh dari istri, melihat gerak-gerik Yayuk yang sangat mengundang, lama-lama tergerak juga nafsunya. Ditilik secara umur, memang perempuan tetangga itu selisih 5 tahun di atasnya. Tapi justru yang begini ini masih sangat STNK (Setengah Tuwa Ning Kepenak). Mengingat sudah sama-sama berkeluarga, sudah barang tentu sama-sama berpengalaman, tahu betul teknik-teknik menggiring bola yang non Piala Eropa.
Sekitar 3 bulan lalu Parkun mencoba mendekati Ny. Yayuk. Main ke rumah wanita itu, lalu ngobrol-ngobrol ngalor ngidul. Tapi makin lama makin asyik juga, sehingga tambah malam keduanya pun makin rapat duduknya, macam naik biskota saja. Nah, begitu situasinya semakin mantap terkendali, Parkun ambil inisiatip mengadakan serangan. Ternyata Yayuk memberi respon positif. Akhirnya, "serangan" lanjutan pun dituntaska ke dalam kamar.
Sejak itu, diam-diam Parkun jadi rajin main ke rumah Yayuk, bahkan sudah dianggap seperti rumah sendiri. Artinya, habis berpacu dalam birahi dalam rangka jadi "dewa penolong", Parkun malah menginap di situ. Nanti baru pulang sekitar pukul 04.30 pagi. Ya ampuun, lelaki cap apa ini. Orang lain berangkat subuhan berjamaah, dia malah baru pulang ngeloni bini orang.
Lama-lama warga curiga juga atas gerak-gerik Parkun. Setelah sekian lama diamati, beberapa hari lalu diadakan penggerebekan. Rupanya kali ini krinan (kesiangan), sampai pukul 06.00 belum pulang juga. Akhirnya, oh oh ketahuan……Saat digerebek memang tidak dalam posisi berbuat, tapi tidur nyenyak di kamar bini orang, sudah merupakan tengara bahwa keduanya sudah berbuat hil-hil yang mustahal. Langsung saja "dewa penolong" itu diseret keluar dan dihajar sampai babak belur, baru kemudian diserahkan ke Polsek Kebomas.
Dewa digebuki bonyok juga ya? (DS/Gunarso TS)
nah ini dia
Quote:

STNK (Setengah Tuwa Ning Kepenak)
:ngakaks ada aja istilahnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...